Nasi kuning di Pulau Jawa
Saya berasal dari Jawa, dan hidup diPulau Jawa. Orang tua bilang Jawa pada jaman dahulu penuh dengan alang-alang, Orang Jawa menyebutnya jewawut. Jewawut ini merujuk pada tanaman padi yang sangat mudah dijumpai di bumi Jawa. Kebanyakan sesuatu dinamai dengan asosiasi sesuatu tersebut, dengan merujuk pada kata jewawut terjadilah perubahan pengucapan dan bunyikata, maka jadilah sebuah pulau tersebut dinamakan Jawa, Pulau Jawa.
Dahulu, sebagian masyarakat jawa memiliki kepercayaan pemujaan pada roh-roh halus(animisme) dan kepercayaan pada benda-benda yang memiliki kekuatan supranatural(dinamisme). Keberadaan kepercayaan ini berakibat pada adanya ritual-ritual yang diadakan untuk memanjakan sesuatu yang dipuja masyarakat jawa pada masa tersebut. Praktik ritual tersebut masih terasa hingga kini. Bila kita menengok pada aktivitas spiritual masyarakat jawa, kita dapat menemui aktivitas seperti nyewu, mitoni, panggih dll, yang terselip ritual-ritual tradisional masyarakat jawa kuno. Penggunanan bunga yang bermacam-macam, penggunaan api dan air yang diambil dari beragam sumber, dapat kita katakan bersinggunngan dengan budaya masa lalu. Termasuk pada penyajian kuliner, salah satu kuliner yang ada pada perayaan-perayaan adalah Nasi Kuning.
Penggunaan nasi kuning dalam masyarakat jawa pada dasarnya memiliki 2 dimensi nilai. Yang pertama adalah kegunaan praktis, maksud dari kegunaan ini, nasi kuning sebagai hidangan sajian menyambut tetangga, kaum kerabat, tetua, dan orang-orang yang dianggap terhormat dalam stratifikasi budaya jawa. Penyambutan pejabat desa, carik, dan paranormal menggunakan nasi kuning ini sebagai penghormatan. Sebagai lambang kesungguhan menyajikan yang terbaik untuk kebutuhan perut mereka, menghilangkan rasa lapar.
Sementara dimensi nilai kedua pada nasi kuning adalah makna idealis, penggunaan nasi kuning untuk diserahkan sebagai sesajian para penguasa alam supranatural, alam tak kasat mata. Hal ini dapat kita temukan apabila kita meninjau kebeberapa desa. Keadaan seperti panen dan sebelum panen sering disisipkan penyediaan nasi kuning lengkap yang diletakan di pematang sawah. Ini dilakukan sebagai tanda berserah diri seorang individu pada penguasa alam supranatural, dan ingin keinginannya terpenuhi pada panen yang berikutnya berjalan lancar. Nilai nasi kuning pada urutan kedua ini adalah nilai idealis.
Perkembangan jaman telah merubah cara pikir masyarakat terhadap penggunaan nasi kuning. Kini jarang ditemukan penyajian nasi kuning untuk fungsi-fungsi spiritual dan ideologis. Kuliner nasi kuning adalah kuliner yang menarik. Penggunaan warna yang bermacam-macam memberikan keceriaan pada yang melihat. Pada saat sekarang, nasi kuning lebih banyak digunakan pada acara ulang tahun anak karena warnanya yang cerah, beberapa masyarakat menganggap sajian nasi kuning hanya sebagai sarapan pagi.
Arti Nasi Kuning
Nasi kuning disajikan dengan beragam lauk: oseng tempe, kacang goreng, ingkug, telur dadar, irisan timun, tomat, abon, dan sambal goreng. Bagian-bagian tersebut memiliki arti tersendiri dalam sajian nasi kuning.
Nasi pada nasi kuning berasal dari beras putih hasil bumi jawa. Masyarakat jawa menggunakan beras sebagai makanan pokok yang paling utama. Merasa belum makan dan kenyang apabila belum makan beras dalam bentuk nasi. Beras tersebut diliwet–memasak beras dengan panci besi, kemudian ditanak– diberi warna kuning alami kunyit. Warna kuning pada nasi kuning ini menyimbolkan keceriaan dan kesenangan. Ada kebahagiaan dari pembuat hajatan.
Kacang goreng digunakan sebagai pembuat gurih sajian. Kacang goreng merupakan makanan ringan masyarakat jawa. Kacang dalam bentuk kacang goreng, kacang sangrai, kacang telor, kacang rebus, kacang kucing sering dapat dijumpai dalam kegiatan-kegiatan masyarakat ketika melakukan siskamling, kumpulan pemuda, hajatan, maupun pada upacara kematian. Penggunaan kacang sangat lekat dengan kuliner-kuliner masyarakat jawa.
Tempe adalah makanan nasional Indonesia, lebih khusus masyarakat jawa. Tempe bertalian erat sehari-hari. Hampir dalam satu minggu, bisa kita katakan masyarakat jawa pasti mengkonsumsi tempe. Bahan berupa kedelai yang difermentasi sangat mudah sekali di temui di warung juga pasar. Tempe berfungsi sebagai lauk. Banyak sekali lauk yang menjadi produk turunan dari kedelai fermentasi tersebut. Kebutuhan protein, dapat tercukupi dengan mengkonsumsi tempe.
Ayam goreng atau semur. Masyarakat jawa banyak memelihara ayam, terutama ayam kampung. Ayam kampung sangat praktis untuk dipelihara karena memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Ayam kampung dipelihara untuk menghabiskan sisa-sisa makanan. Dlam kuliner istimewa ayam kampung menjadi preferensi utama karena ayam kampung memiliki tekstur daging yang liat, dan rasa yang enak, menambah nikmat ketika disajikan dalam hidangan-hidangan khusus.
Telur dadar sebagaik lauk adalah produk turunan dari ayam, seperti pada alasan mengapa ayam lekat dengan kuliner jawa, maka telurpun akan secara otomatis ambil bagian. Hal ini disebabkan telur dan ayam adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Pun telur menyimbolkan kelahiran baru, semangat suci, dan kehidupan.
Tomat timun,hasil kebun masyarakat. Dua sayur-buah ini kerap digunakan dalam sajian adalah karena tomat-dan timun adalah simbol kesederhanaan. Buah ini adalah buah murah dan meriah yang dapat secara mudah diperoleh dari pasar. Warna hijau pada timun menyimbolkan kesegaran dan alam, sementara warna merah pada tomat menyiratkan kesan yang bersemangat melakukan sebuah kegiatan.
Abon, seperti yang kita tahu abon adalah metode memasak daging yang dapat bertahan dalam waktu lama untuk disimpan. Hal ini kerap ada dalam sajian semisal nasi kuning seperti tersebutkan diatas, juga ada dalam beberapa kuliner seperti lemper. Masyarakat membuat abon karena masyarakat jawa memiliki ternak. Ternak-ternak tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan pertanian. Namun, apabila membutuhkan bahan pangan lebih, ternak-ternak tersebut dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi ternak secara besar ini ada ketika perayaan pernikahan semisalnya. Nah, metode memasak menggunakan abon sangat tepat karena abon dapat disimpan dalam waktu yang lama, dan dapat diguakan untuk beberapa hajatan.
Sambal goreng adalah hal yang menarik dalam tradisi. Beberapa tradisi memiliki kekhasannya sendiri. Masyarakat jawa terbiasa menggunakan sambal, yang pedas menggunakan cabai rawit. Sambal amat sentral dalam kuliner. Sambal digunakan sebagai tambahan penyedap makanan, menambah menantang sebuah kuliner untuk dapat dinikmati. Kuliner ini dapat ditemukan di Warung Wong Solo[]